FOLLOW @ INSTAGRAM

 photo 2_zps1mahdf3p.jpg

On My glasses

Wednesday, May 4, 2011

Bukan Sekedar Ilmu

Ini tentang sebagian kecil kisah di kampus Kahfi, keluarga kedua setelah keluarga saya sesungguhnya. Bahagia rasanya meluangkan waktu untuk mengingat-ingat Kahfi dan penghuni-penghuninya. Bagaimana tidak? Satu ruang dan waktu bersama orang-orang yang memancarkan energi positif. Sebuah energi yang membuktikan keMahaBesaran Tuhan. Bahwa makna agama sesungguhnya adalah pelayanan dan kepedulian bukan berhenti dalam ruang ritual semata. Inilah yang diajarkan guru kami bapak Tubagus Wahyudi. Kahfi adalah sebuah kampus komunikasi. Kepanjangan dari Kelompok Belajar, Ikhtiar dan Fikir Islami. Kelas pertama para mahasiswa/i diberikan materi-materi dunia pikiran. Sasarannya adalah bagaimana mereka bisa berkomunikasi baik dengan diri sendiri; kekurangan dan kelebihan untuk dijadikan sebuah kekuatan mental sebagai senjata pengenalan diri mereka sedetail-detailnya.

Dua pekan terakhir ini, kelas pertama menghadapi UAS. Mereka diharuskan presentasi materi-materi yang telah diberikan. Subconscious, Segitiga Ekspresi, Tipologi Manusia yang dikenali lewat Personality, Otak Kanan Otak Kiri dan Sensor data VAK and GO (Visual, Auditory, Kinesthetic, Gultastory and Olvactory), Sensoric Power dan Simpati. Sistem penilaian fokus pada mental dan materi. Mereka naik kelas dua Public Speaking jika lulus tes ini. Meski belum diberikan materi-materi Public Speaking, mereka adalah calon-calon Public Speaker yang keren

Seusai Briefing dengan bapak Tubagus Wahyudi langsung, para penguji menjalankan misinya. Goal yang diinginkan Om Bagus (demikian sapaan akrab kami kepada beliau) adalah mereka menguasai betul materi-materi kelas pertama. Untuk menjaga kualitas KAHFI ke depannya. Iya, tiap KAHFI membuka penerimaan mahasiswa baru bisa beratus-ratus pendaftarnya. Para penguji diharuskan menjaga kedisiplinan dalam UAS ini, menempatkan presentator sebagai Public Speaker yang profesoinal. Intinya penguji menjaga cara senyumnya, dinamisasi mimik wajahnya dan tentu saja bagaimana mereka menempatkan diri sebagai kritikus yang profesional juga. Para penguji adalah senior-senior yang punya jam terbang berbicara di publik, mereka yang sudah mendapatkan materi hypnosis, sedang membedah buku Psyco Cybernetics, telah menyelesaikan materi subconcious dan yang sedang, akan menjadi terapis.

“Jika presentator betul-betul tidak memenuhi syarat lulus jangan luluskan mereka.” Demikian pesan Om Bagus.

Alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu penguji. Tentu saja ini saya anggap rizki. Tidak berarti saya pribadi yang sudah jadi karena ternyata masih banyak sekali hal yang tidak saya mengerti dan solusi senantiasa harus dicari-cari. Iya, rizki. Saya berkesempatan mengamati dan meneliti para presentator dari cara mereka membawakan materi. Bagaimana mereka mengatasi grogi, gugup.Ddan yang paling penting mereka menjaga senyum agar selalu menghiasi bibir-bibir mereka saat berbicara.

Sabtu lalu adalah kesempatan kedua mereka untuk presentasi karena masih banyak materi yang tidak mereka kuasai. Tentu saja mental saat berbicara menjadi sorotan kami. Mereka betul-betul grogi, ini sangat jelas terlihat dari cara mereka berbicara. Keringat keluar tak henti. Eye contact yang tidak fokus pada kami. Bibir bergetar tak berharmoni. Air mata yang berkaca-kaca saat sesi tanya jawab. Cara berdiri yang gamang tidak kokoh. Dari energi yang dipancarkan mereka, kami bisa menebak yang berujung pada kesimpulan bahwa mereka sakit di mental ini dan itu. Alhamdulillah, ini berkat dari ilmu-ilmu yang diajarkan Om Bagus pada kami.

“Kak, selama saya sekolah bahkan di bangku kuliah tidak pernah saya belajar segiat ini. Sepekan sebelum presentasi saya belajar tiada henti. Tiap malam kami sekelas berkumpul untuk membahas materi-materi yang diujikan, pulang pukul 00.00 bahkan lebih. Teman yang lulus ujian menasehati kami bahwa mereka sedekah sebelum presentasi. Yang lain memberikan jampi-jampi bagaimana mengatasi grogi pada penguji yang memasang tampang ngeri.” Kalimat ini keluar dari adik kelas kebanggaan saya yang selalu menjaga hatinya dari ujian sosok makhluk yang berjenis kelamin laki-laki. Semoga jodohmu adalah laki-laki salih ya dik, amin 99x.

“Saya menikmati kegugupan ini. Bahkan kondisi ini akan membuat saya semakin relaks kak.” dan “Oh iya kak maafkan saya. Saya memang punya kecenderungan mempertahankan pendapat saya. Maafkan saya kak. Terima kasih telah mengingatkan saya.” Kami tetap tidak senyum waktu adik-adik kelas tersebut menyampaikan kejujuran mereka. Mereka adalah laki-laki yang punya semangat belajar tinggi. Maniak baca dan tulis. Dari pengakuan salah satunya, tulisannya pernah dimuat di salah satu koran ternama di Jakarta. Kami tahu, mereka adalah orang hebat yang mempunyai skillsintelectual yang tidak diragukan. Namun dari cara bicaranya tertangkap sebuah arogansi yang mengarah untuk menggurui. Kami habisi mental mengguruinya, tentu dengan nada yang tinggi di atas mereka berargumen. Alhamdulillah, mereka manggut-manggut menerima kritikan kami. Iya, semoga ini berkat manfaat dari ilmu silabus KAHFI kelas materi-materi dunia Pikiran.

“Iya kak saya memang dekat sekali dengan ibu.” Jawaban pancingan kami dari gadis yang kami nilai sangat manja. Karena dia tiga kali mengulang presentasi. Berkata begitu dia sambil menangis sesenggukan di paha saya. Jujur saya mulai terbiasa menerima pelukan tiba-tiba (entah pelukan dari depan atau belakang), ciuman dan sandaran dari adik-adik saya (alhamdulillah semuanya perempuan, yang laki-laki kapan ya? Aih, aih malu tapi mau dooooong). Sesuatu yang dahulu sangat saya hindari. Perempuan sekali saya pikir kalau harus berciuman pipi kanan dan kiri! Nggak diri saya bwanget deh!

Ada yang mengirim ke dinding kami sebuah ucapan terima kasih atas motifasi yang diberikan padanya. Jujur, sebetulnya kami melihat kehebatan yang ada pada gadis ini. Bahwa dia nanti harus menjadi sandaran banyak orang dengan segala kelebihan dan keseriusan yang dimilikinya. Kami amati bahwa tubuhnya memancarkan energi positif. Makasih ya dik, semoga kamu betul-betul jadi perempuan yang bermanfaat di lingkunganmu, amin 99x.

Untuk adik-adik kelasku di KAHFI. Terima kasih saya ucapkan. Berkat kebaikan adik-adik, saya pribadi dikondisikan untuk mengingat-ingat materi yang saya terima 2 tahun lalu. Saya belajar banyak hal dari UAS adik-adik kemarin, bagaimana cara menyayangi. Iya sayang itu tak selalu identik dengan berkata lembut atau memasang mimik teduh. Namun bahasa sayang lainnya adalah shock therapy juga. Kadangkala, kita ini tak sadar ada hal dalam diri yang harus segera diubah agar tak menjadi bom waktu. Dan harus orang lain yang mengingatkannya dengan cara yang menyentak agar jiwa lalai kita segera bangun. Maaf dari saya atas segala ucapan dan tindakan yang tidak disukai. Sekali lagi terima kasih, selamat atas kelulusannya di kelas pertama. Semoga adik-adik adalah pribadi berkualitas yang betul-betul memahami kelebihan dan kekurangan diri untuk dijadikan formula dalam meracik hidup sukses ke depannya. Terima kasih dan mari sama-sama belajar menjaga senyum dan kebermanfaatan diri kita untuk orang lain, amin 99x ya Mujîb al-Sâilîn. Selamat datang di kelas dua Public Speaking yaaaaa..

Terima kasih untuk ke sekian kepada Om Bagus atas waktu dan fasilitasnya kepada kami mahasiswa/I KAHFI. Insya Allah, Om Bagus dan keluarga adalah termasuk orang-orang yang ada dalam doa-doa kami. Pikiran adalah sebab, keadaan adalah efek. Hukum hidup adalah hukum kepercayaan. Apa-apa yang Anda percayai, itulah pembentuk peristiwa dalam kehidupan Anda. Maka percayai pada hal-hal yang membuat kehidupan Anda sukses dan semakin dekat dengan Allah. Kalimat terakhir ini adalah nasehat abadi dari Om Bagus untuk mendayung mengarahkan perahu kehidupan kami menuju tujuan berlabuhnya, dunia akhirat. Semoga kita semua adalah kapten dari kapal diri kita, amin 99x ya Mujîb al-Sâilîn.

0 comments: