FOLLOW @ INSTAGRAM

 photo 2_zps1mahdf3p.jpg

On My glasses

Thursday, December 13, 2012

Dear Hati,Hati-Hati Ya!Bisa Kan? (Repost)

I don't Know what i feel,,yang jelas belakangan ini rasanya 'capek' sama yang namanya 'rasa dan hati'..manusia kadang seperti itu..mau bersikap biasa tapi pikiran menolak..aaah yasudaaahlah...
seperti yang di tulis kaka elli di blog nya ini yah kurang lebih sedikit banyak sama.....
 (Repost Ulang karena ga bisa di share ya ka) :)

Pursuit of Happiness. Katanya kebahagiaan itu ga datang dengan sendirinya. Makanya, kebahagiaan itu harus dikejar.
Pertanyaannya sekarang, kebahagiaan macam apa yang patut kita kejar?
When it comes to someone’s heart, ternyata ga gampang memilih bahagia sesuai dengan kehendak hati. Dan keadaan.
Saat kesempatan untuk mengejar bahagia itu datang, tak ada alasan untuk menolaknya. Toh, bukankah ini yang selama ini kita cari? Tapi kesempatan itu datang dengan terms & conditions yang ga asyik. Plus resiko sakit hati tanpa ada asuransi hati yang mau mengcover.

Sedikit demi sedikit, dikejarlah kebahagiaan itu. Gausah pake ribet mikirin ini itu. Karena sejatinya hidup (bukan) ABG macam kami sudah cukup ribet.
Ada yang mempertanyakan, inikah bahagia yang kamu cari?
Ada yang bilang, bahagiamu ini bahaya.
Ada yang bilang, bahagiamu ini sifatnya temporary lho.
Semua kekhawatiran itu mental bak trampoline. Tapi iya, layaknya bermain trampoline, setelah mental, dia akan datang lagi di tempat yang sama. Sialnya, bisikan untuk terus menikmati apa yang ada pun terus-terusan meyakinkan hati ini bahwasannya everything’s gonna be alrite.
Layaknya ungkapan “manusia hanyalah manusia, tempatnya salah dan khilaf”, hati yang juga bagian dari manusia pun demikian. Seringnya salah, khilaf, ga tau diri, suka seenaknya, kadang sikapnya childish, mau menang sendiri, teledor alias ceroboh. Satu lagi, dia ga pernah sadar bahwa dia bisa jadi sakit tanpa obat mujarab yang dijual bebas di pasaran.
Kalau sudah sakit, masih dengan sifat ga tau dirinya itu, tanpa permisi dia seringnya melibatkan banyak yang lain, semisal pikiran/otak yang akhirnya akan mempengaruhi seluruh kinerja organ tubuh dari ujung kaki hingga ujung kepala. Lantas? Harus kita apakan si hati yang nakal ini? Dihukum? Hukuman macam apa yang pantas?
Ah sudahlah. Sudah. Sudah. Sudah.
Kita cuma bisa bilang, “Dear Hati, hati-hati yah, jangan nakal! ;)
Terima kasih Sya, sudah mengingatkan hati saya untuk berhati-hati di timeline pagi ini :)

0 comments: