FOLLOW @ INSTAGRAM

 photo 2_zps1mahdf3p.jpg

On My glasses

Monday, January 6, 2014

Menapaki Atap Sumatera,hap..hap ,#1 #kerinci

Langit mulai sendu entah karena hutan yang lebat atau memang tergerus langit, akhirnya semua team sudah komplit di Pos 2. 15 menit sudah kami beristirahat, perjalanan kami lanjutkan menuju Pos 3, dimana dibutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sampai sejauh ini kondisi team dalam keadaan baik-baik saja hanya masih dengan kondisi yang sama kalora yang agak pincang-pincang tapi bisa di backup oleh ka ocid*eeaaaaa..* #keselekkedongdong. Kembali Pujo om ungsu Samuel berada di garda depan*sun go kong* seperti formasi awal. Tumbuhan ala hutan hujan tropis memenuhi mata, ada beberapa tumbuhan yang memang sekira baru gue liat serta akar-akar yang menggantung ala-ala tarsan. 

  Jalur pun sudah tidak sedatar pendakian, urat-urat kaki yang haus akan tanjakan siap-siap mendapatkan suguhan itu meskipun masih terbilang tidak terlalu nyelekit. Matahari pun akhirnya menyerah membiarkan sang langit menangis, gerimis tipis sendu mulai menyapa lama kelamaan makin kejer langitnya, JAS UJAN SAKTI cap GOCENG pun dikeluarkan melindungi badan setidaknya meskipun celana dipastikan sudah tak berbentuk. Untung saja bawa 3jas ujan jadi bisa berbagi dengan Ka mei. Kesal sebenarnya jika harus hujan karena perjalanan dipastikan akan lebih lama untuk berhati-hati. Kami pun berjalan dengan irama sedang mengingat hujan dan licin, kontur tanah yang gembur berupa tanah liat ditambah airhujan membuat kaki harus semakin kuat berpijak karena jalanan menjadi belok dan seperti lumpur. Sudah pasrah dengan pinggang kebawah. Kami tetap menembus derasnya hujan siang itu. Kalo ada yang pernah menginjakan kaki nya di Pulau sempu malang disaat hujan, yah seperti itulah trak jalur kerinci ini. Semua focus pada pijakan masing-masing, suara pun semakin lama semakin lenyap ditelan oleh gemuruh hujan yang saling bersahutan. Beberapa kali melewati tanjakan dan alangkah indahnya tanjakan disaat hujan seperti ini, jalur menjadi seperti aliran air sungai yang dari atas ke bawah dan kita melawan arusnya. 

Tanah yang super gembur sehingga harus merelakan sepatu terbenam dalam tanah hingga mata kaki. Hujan masih cukup deras, akhirnya tepat pukul 12.00 kami pun tiba di Pos 3, Pos 3 dengan terdapat sebuah bangunan atap yang cukup besar untung berlindung dari hujan mampu menampung kami saat itu sekitar 20an orang. Menunggu hujan reda, kami pun membuka bekal nasi dan telur rebus yang sudah super dingin. Sedingin apapun dalam bentuk apapun makan bersama dengan suasana seperti ini menyimpan kenikmatan dan kenangan tersendiri. Terlebih lagi jika nasi nya bisa berwarna alias nasi goreng yang gue dan kak mei dapat dari hasil salah ambil.hahahha. merasakan suasana yang mulai mencair seperti air di POS 3 ini tidak hanya team kami tapi beberapa tim lain yang ikutan sejenak menghela nafas di tempat ini, saling berbagi adalah kuncinya,berbagi untuk sebuah kenikmatan bersama. Udara yang dingin dan kondisi yang terlalu lama tidak bergerak semakin membuat lapar. Perlahan sudah mulai sedikit membaik, dan saatnya kami harus melanjutkan ke tujuan selanjutnya yaitu memasuki trak yang sesungguhnya. Shelter 1 dengan jangka waktu 2 jam dengan trak yang lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Setelah dimanjakan dengan trak bonus yang superlandai saatnya kami harus bekerja ekstra menapaki satu persatu langkah kaki kami dengan bonus hujan siang itu. Semakin naik keatas semakin banyak pohon-pohon yang baru dijumpai, semakin banyak akar-akar pohon besar yang bergelantungan dipenuhi oleh lumut-lumut, yang kalo diperhatikan suka bergerak sendiri*menurut rina*. Sementara kondisi tanah masih sama yaitu berlumpur dan belok, dan kondisi teman-teman pun sudah mulai terkuras tenaganya. Kali ini Pujo bertukar posisi dengan Porter yang bernama masdar yang memegang HT didepan, dan om ungsu, dimas,ivan,ka budi,Samuel,oki dan gue pun kembali jalan terlebih dahulu. sementara itu teman-teman yang lain masih dibelakang. 

Berburu waktu karena dijadwalkan jam 5 kami sudah harus bisa sampai di shelter 3 untuk camp. Gw yang berjalan dengan cowo-cowo ini Cuma bisa ngebathin” aduuh cepet banget ini”. Dan si om ungsu yang di depan gue yang lumayan berjarak “edeeh veteran ini kakinya cepet aja padahal gede…bla..blaa..blaaa” *sambil merhatiin si om dari belakang*..ahahahaha*ups.. dan masdar yang segitu kutu loncatnya pun mulai kendor dan sering banget istirahat sambil itung-itung nungguin gue. Sementara kalora rina dan kak mei jauh dibelakang, kami hanya mendengar sautan salah satu cowo dibelakang entah siapa, begitu pula dengan kami yang saling berteriak untuk memastikan jarak satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan pujo yang awalnya ceria*preet* semakin lama semakin menurun kondisinya, mengingat sebelum keberangkatan ini sudah 2 hari ia tidak tidur malam*jagalilin*. Selangkah demi selangkah terus dijalanin, entah kenapa saat ini keril 80 liter yang berisi logistik lengkap 1 team yang dibawanya terasa sangat berat, tidak seperti awal mendaki. Gak ada yang bisa menggantikannya karena masing-masing dari kami pun sudah membawa beban yang tidak jauh berat dari pujo, sementara masing-masing dari kami sudah cukup terpencar dengan jarak yang lumayan jauh. Dan saat itu om klungsu dan sidiq yang mecoba tetap komunikasi keadaan pujo.sementara di tengah-tengah jalan gue melihat oki duduk di batang pohon besar yang melintang sendiri, bengong dengan muka super dataaar puceeet ditegor gak nyaut dya ngedrop. 

Akhirnya entah siapa saat itu oki bareng karena gue disuruh duluan. Langit mulai membaik, hujan pun mulai menipis menepis kulit, hawa dingin dari terpaan angin yang mengoyak pun mulai gayung bersambut, entah mungkin diatas sana sedang terjadi badai,perjalanan pun semakin lengkap, namun kaki dan kondisi harus coba tetap stabil. Gue gak mau berjalan dimalam hari harus bisa cepet sampai sebelum gelap, yap itu aja yang selalu gue ulang-ulang. Akhirnya jam 14.00 gue, om klungsu,ivan,dimas,budi, Samuel, sidiq dan 3 orang dari team lainpun tiba di shelter 1,tempat yang cukup luas dan datar bisa untuk mendirikan 2 sampai 3 tenda disini tapi jarang yang melakukannya. Berteduh di rerimbunan pepohonan dari gerimis sambil menunggu teman-teman yang dibelakang yang tertinggal jauh. Udara dingin buat perut makin kejar-kejaran keroncongannya. Untung saja ada dewa tango yang bisa sedikit ngotorin mulut.hehehe. hampir 0.5 jam lebih teman-teman yang lain masih belum sampai juga hujan sudah mulai reda dan sudah makin dingin karena makin sore. Akhirnya Samuel, gw, ka ivan, ka budi, dan dimas pun jalan duluan buat nyari tempat camp yang lain. Sementara yang lain menunggu. Hujannya sudah reda, tapi anginnya malah gayung bersambut kencang dan suasana dingin sore pun makin menyapa. Perjalanan dari shelter 1 menuju shelter 2 makin menunjukkan track kerinci dan perjalanan 3 jam pun harus ditempuh itupun baru bisa sampai shelter 2 di jam 17.00 tebakan kami artinya kami harus bisa ngebut supaya jam 19.00 bisa sampai di shelter 3 camp seperti plan awal. Shelter 1 menuju 2 makin dipenuhi oleh tumbuhan perdu dan tertutup oleh pohon-pohon seperti memasuki terowongan yang terbuat dari pohon dan pepohonan awnus yang merupakan tumbuhan yang dipenuhi oleh lumut-lumut, konon katanya lumut ini bisa dipakai sebagai obat bau badan*masih dalam penelitian*. “nanjak..nanjakkk..ke puncak gunuungg cape capee sekali hi hii hii..HIH”..#kasetkusut.. Samuel, okta dan masdar sudah sprint duluan mungkin mereka kebelet pup berjamaah. Sementara gw, ka ivan,ka budi dan dimas udah kaya boyband, naek, tarik, split, dengkul ketemu lutut, nugging, rebahan,mentok sana sini. Jalurnya yang bikin mikir dulu kaki mana duluan yang mesti dilangkahin. Tenaga udah kekuras, lapar bener-bener membahana, ka ivan berkali-kali yang didepan Cuma teriak “udah deket tuh,udah keliatan ada area”,,| “iya udah keliatan*nyenengin diri sendiri*.PHP tingkat dewa 19”. 

Sementara di jarak kurang lebih 500 meter shelter*pendek tp nanjak berasa lama*, gue pun nyerah nge-hang sangat, tetiba ngeblank otak drop krisis semangat dan pengen nangis banget-banget*ngembeng*. Langsung ambil posisi dan akhirnya yang lain pun jadi ikutan istirahat. Kaya nemu harta liat handphone si sinyal KUNING disini terdeteksi, langsung meleleh semelelehnya ngobrol sama yang di ujung telpon*nutupin muka*. Terimakasih kakanya disana "rangga". Oh ya sisinyal kuning disini tumben banget bersahabat alhasil gue selalu update posisi di socmed twitter dan bikin iri orang-orang,hahhaha. Ya kali aja gitu gue kenapa-kenapa disini jadi bisa terdeteksi *amitamitgetokpalakaivan*. Jalan ber 4 tapi ditas nya ga da sama sekali yang bawa makanan berat roti kek atau wafer kek buat ganjel.TERLALUUUH..! padahal lapernya udah stadium piranha banget,alhasil Cuma bisa gerogotin ager-ager sama coklat aja*untung gw ka budi bawa banyak*. Baru jam 5 tapi udah lumayan gelap aja, pengen rasanya buru-buru ganti celana yang udah gak jelas dan terutama sepatu yang udah penuh dengan kubangan tanah liat . akhirnya,,sheeeeeeelteeeeeer 2 sampai tepat pukul 17.30 si Samuel udah menyambut kita disana, dan perdebatan pun terjadi. Perdebatan mau lanjut jalan camp di shelter 3 atau 2, debat kuat atau tidak bisa sampai di 3 dengan track yang makin susah sementara tenaga sudah habis, belum lagi temen-temen yang dibelakang yang tertinggal jauh,gimana nanti kalo sampai 3. Sedangkan kalaupun memaksakan kami yang sampai di shelter 2 ini duluan untuk camp di 3 rasanya susah karena kami bena-benar gak punya logistic sama sekali, karena logistic ada di Pujo smua dan teman-teman lain dibelakang. Dan angin disini pun sangat kencang, saat itu hanya terbayang “pasti angin diatas lebih besar banget”. 

Menengadahkan kepala melihat keatas searah tatapan tanjakan memasuki shelter 3 yang menanjak dan berbentuk seperti lorong rasanya sudah tubuh hilang dari tulang-tulang yang menempel. Dari jauh tampak gelap dan seolah berbicara” kamu kira kamu sanggup menuju sini?”. Sam yang sudah selesai dengan tendanya sambil menaruh beberapa keril untuk tempat tenda teman lainnya nanti. Sementara tinggal lahan persis dibawah tulisan shelter 2 yang tidak begitu datar yang masih kosong,karena kami malas turun kebawah. Hampir pukul 18.00 ditengah angin yang kencang, langit makin gelap dan tubuh yang menggigil seharian kehujanan, ka budi dan dimas pun mencari tempat dan sholat ashar,,ahha*yang penting niatnya*#okesip. Ka ivan yang berjuang bangun tenda ditengah angin kenceng roboh lagi roboh lagi, dan karena kami hanya mempunyai air mineral dan 1 bungkus nasi gue dari basecamp yang dimakan jadi masaklah air ditengah angin kencang sekedar menghangatkan. Pukul 18.30 gue, ka ivan, ka budi, dimas pun sudah masuk dalam tenda. Sementara teman-teman yang lain masih belum tampak sama sekali,masih terlalu jauh padahal angin kencang serta udara yang semakin dingin terus menyelimuti,sambil berdoa semoga mereka tidak apa dan masih bisa bertahan dan sampai di shelter 2 ini. Om ungsu dan sidiq pun yang awalnya bareng dengan kami masih belum sampai juga ternyata mereka berjalan sambil menjaga jarak tetap komunikasi dengan pujo yang sudah drop sejak selepas pos 3. Keril 80liternya terasa lebih berat begitu pula dengan tas kamera, sehingga tiap beberapa langkah harus istirahat. Oelh karena itu si om memastikan keberadaannya dengan sahutan. Sementara itu paling belakang ka ocid yang memegang HT bersama kalora rina kamey yudha ka thor oki masih jauh dibelakang. Dan 1 HT yang dipegang sam tidak bisa menangkap sinyal HT yang dipegang ka ocid artinya kami LOST CONTACT. 1 bungkus nasi yang gak berhasil di angetin super dingin dan teh ½ anget mengganjel perut kami. Setidaknya ada yang masuk ke perut. Bener-bener ga ada logistic sama sekali.ahhaha. sekitar pukul 19.00 terdengar suara pujo yang minta tolong deket tenda, ya dia akhirnya sampai dengan kondisi ngedrop dan kedinginan. Karena tenda kami yang terdekat dan saat itu gue ka ivan dan ka budi sudah ada di dalam tenda alhasil mau gak mau menerima pujo masuk ditenda meski udah kebayang bakal sempit banget inih tidur dengan tenda kapasitas maksa dengan penghuni tenda body-body bayi gembrot kecuali gue.

 Dan dimas pun mengalah pindah tenda bersama om ungsu. Kedatangan pujo di tenda jadi penyelamat perut juga karena dia pembawa logistic,,ahahha,, setelah berbenah diri dari badan yang kuyup, akhirnya 3bungkus indomie dan telur berhasil ngangetin perut buat ber 4, meski bawelnya om ivan yang trauma masak didalam tenda..edeeeh.. diluar masih terdengar teman-teman lain yang masih menunggu kawan lain terutama yang cewe-cewe yang berada di paling belakang yang sampai pukul segini belum juga datang. Muncullah ka ocid kedalam tenda,artinya rombongan sudah komplit semua dan cewe-cewe pun sudah berada di tenda dekat tenda yang dibangun sam. Badai angin yang di rasa di shelter 2 membuat tenda kami cukup bergetar kencang,sheer sheeer suara angin menyapa, speerti rasa capek dan pegal yang perlahan menjalar di celah-celah kaki. Nikmatnya rebahan dengan beralaskan tanah setelah seharian menapaki setiap langkah. Meskipun kontur tanah yang tidak terlalu datar tapi cukuplah buat meluruskan punggung-punggung ini, beralaskan tanah langsung ibarat nantinya setiap manusia pun akan kembali ke dalam tanah. Sleeping bag sudah digelar siap memejamkan mata beberapa jam sebelum pada akhirnya nanti pukul 03.00 kami akan summit. Obrolan-obrolan kecil pun terlontar 

 “gak kebayang yak kalo harus sampe shelter 3 malam begini,syukur udah sampe disini setidaknya”

“ ngedrop semua hujan bener-bener gila”

“ gue gak ngejar sunrise ah,yang penting sampe diatas”

“muncak gak yah besok, summit jam 6 aja sih”
  
  1. Tidak kenal Maka Tidak Di ajak “Anak Ilang” #kerinci
  2. Solo Trip 55000 Jambi #kerinci
  3. Kayu aro Bersambut Anak Ilang #kerinci
  4. Meredam Sunyi dalam Balutan Gunung  7 dan Danau Gunung Tujuh #kerinci
  5. Dipungut Juga Akhirnya Sang Anak ilang #kerinci
  6. Menapaki Atap Sumatera,hap..hap ,#1 #kerinci
  7. Menapaki Atap Sumatera,hap..hap ,#2 #kerinci
  8. Summit bertemankan Hujan dan Angin #kerinci
  9. Mendadak Galau Di Pos Galau “Badai Angin” #kerinci
  10. Menunduk Merasakan Kehadirannya #turungunung #kerinci

0 comments: