FOLLOW @ INSTAGRAM

 photo 2_zps1mahdf3p.jpg

On My glasses

Monday, January 6, 2014

Mendadak Galau Di Pos Galau “Badai Angin” #kerinci

Sementara mereka beristirahat, gue dan pujo pun melanjutkan mengejar mereka yang sudah duluan jauh. Iyak kaki keong gue kebangetan banget waktu itu, rina sidiq oki dimas kabudi om ungsu dan yudha udah disatu tempat beristirahat sambil nunggu gue dan pujo sampai deket mereka. Ngantuknya kebangetan, berpapasan dengan si Samuel ka ivan okta yang sudah turun dari puncak,weeew kakinya cepet aja malih..sambil nanya kondisi dipuncak, katanya udah ga ada orang setelah mereka dan kabut mulai tebal diatas. Sementara yuda pun yang penduduk kerinci sana pun bilang kalau diatas kabutnya sedang tebal banget jarak pandang yang pendek. 

 Alhasil ditengah track berkerikil pasir tersebut kami ber9 pun merebahkan tubuh kami yang cukup lelah, saling berdempet melindungi satu sama lain menghangatkan menunggu kondisi puncak kerinci stabil dari kabut, tak terasa 2jam lebih kami rebahan disini dengan anginnya yang kencang pula, bersyukur ada bang tuah dan 2 temannya yang meminjamkan kami ponco coklat besarnya yang sangat berguna melindungi kami dari angin besar yang meniupkan pasir.

 Sudah terlalu lama kami berlindung disini, perdebatan melanjutkan puncak atau tidak mewarnai, om klungsu dan pujo yang tetap semangat maksa untuk bisa ke puncak karena udah sayang banget udah sampai sejauh ini harus turun dan kapan lagi, sementara yuda yang masih galau melihat terawangan cuacanya diatas,karena merasa membawa nyawa orang khawatir terjadi apa-apa diatas. Dan yang lain pun masih galau akan lanjut atau tidak karena ini berhubungan dengan nyawa, menembus badai dengan pulang selamat atau hanya tinggal nama-nama yang akan tertulis dalam barisan kata-kata dikoran. Ngeliat kata-kata sidiq yang takut kejadian slamet terulang dan ekspresi yuda yang galau bikin pasrah yaudah gw turun ajah,dan sidik pun juga, mikir-mikir terus mikir, kalau bisa dibilang kaki masih sanggup buat jalan ke atas,tapi muka galau yuda yang bikin mikir. Sementara yang lain lebih kepada ikut suara terbanyak, pujo yang udah berdiri berjalan siap berangkat, dan si om yang masih tetep ngeyakinin gue buat tetep naik.makasih om. Dan gak lama muncullah sesosok kakek tua berumur 65 dengan 2 trekking polenya dikanan kiri ada dihadapan kami tiba-tiba, dia om benny rombongan mega. 

Jadi inget “DI TITIK TERENDAHMU,KAMU TIDAK AKAN SENDIRI, ALLAH AKAN DATANG MENYAPA DAN MEMBANTU MU” 

“KEKUATAN DOA MENYELIMUTI DISETIAP LANGKAH DAN DISANALAH ALLAH BERBICARA” 

Mungkin si om benny sapaan allah saat itu, dia berani naik keatas dia semangat udah berumur seperti itu. Akhirnya kami pun berjalan kembali meski perlahan-lahan dengan angin nya yang super untuk bisa sampai di tugu yudha dulu paling gak. Gw yang dibelakang tetiba ada yang nemplok megang jaket belakang kenceng banget berasa beratnya. Nengok sedikit ternyata cewe rombongannya mega yang tetauan nemplok gak ngomong-ngomong,yaudahlah berat padahal. Akhirnya TUGU YUDHA kami sampai,,hahahabisa liat bisa tau kayak apa sih tugu yuda itu, selayaknya soe hok gie di semeru, tugu yuda ada sebuah batu gunung berukuran sedang dan ada papan tulisan tugu yuda di batu tersebut. Sementara di sebelah kiri ada prasasti nama yang bertuliskan lengkap identitas seorang yudha santika yang hilang disini hingga tidak ditemukan jasadnya sama sekali. Disini disebut juga dengan tanah datar tugu yudha,kalo kita berjalan lebih ke sisi sebelah kanan terlihat beberapa nisan disini. Ada keanehan cuaca yang dirasa, iya ketika dibawah tadi kami dengan angin yang supernya, tapi ketika sudah sampai disini betapa anginnya stabill banget, yak kami berkesimpulan ini adalah PINTU ANGIN. Tinggal beberapa menit lagi puncak atap sumatera bisa digapai, dari tugu yuda sini sebenarnya bisa lewat mana saja untuk sampai ke atas, tapi jika ditarik garis dari sini kita berjalan sedikit kearah kiri. Tepat pukul 11.00 Wib akhirnya gue dan 8 orang lainnya( om ungsu sidiq pujo rina oki dimas kabudi yuda) akhirnya kami berada di atap sumatera 3804 mdpl Indonesia, akhirnya kami selamat berada diatas sini, berpelukan dengan rina karena Cuma kita cewe berdua, masing-masing bersyukur menghela nafas beristirahat. Masih ngebayangin kejadian di pos galau tadi. Bola mata yang terus menerus memandangi apapun ciptaanNya dari atas sini. Dengan segala keridhoanNya berbicara dan menyapa menunjukkan kehadirannya bahwa ia begitu dekat dengan kami saat itu. Bukan perjalanan yang sederhana memang tapi ada kesederhanaan yang menyelimuti disetiap waktunya. Bernarsis narsis, menyantap nata decoco roti apapun bekal saat itu bersama-sama, atau bahkan duduk terdiam menikmati atap sumatera yang saat itu sedikit berkabut. Anggap saja dia bagian dari perjalanan kami yang memberikan cerita lain. 

  1. Tidak kenal Maka Tidak Di ajak “Anak Ilang” #kerinci
  2. Solo Trip 55000 Jambi #kerinci
  3. Kayu aro Bersambut Anak Ilang #kerinci
  4. Meredam Sunyi dalam Balutan Gunung  7 dan Danau Gunung Tujuh #kerinci
  5. Dipungut Juga Akhirnya Sang Anak ilang #kerinci
  6. Menapaki Atap Sumatera,hap..hap ,#1 #kerinci
  7. Menapaki Atap Sumatera,hap..hap ,#2 #kerinci
  8. Summit bertemankan Hujan dan Angin #kerinci
  9. Mendadak Galau Di Pos Galau “Badai Angin” #kerinci
  10. Menunduk Merasakan Kehadirannya #turungunung #kerinci

0 comments: