FOLLOW @ INSTAGRAM

 photo 2_zps1mahdf3p.jpg

On My glasses

Wednesday, March 24, 2010

Keluarga Seperti Apa Yang Kamu Inginkan?

Monday, selepas berbincang dengan seorang mahasiswa mengenai agenda bulan Mei tentang pendidikan, di sebuah cafe tak jauh dari Simpang Mesra (Persimpangan yang cukup terkenal di kota Banda Aceh). Tinggallah diriku dengan seorang teman. Dia bukan hanya teman bagiku, namun juga seorang sahabat, bahkan lebih dari itu, telah ku anggap seperti kakak ku sendiri.

Meski tatap kami singkat, nyatanya itu moment cukup mengikat..
Sepanjang perjalanan pulang, ku teringat dia..usianya memang sudah sangat dewasa untuk membangun sebuah mahligai bernama rumah tangga.
Jelas ku tangkap hal itu dari bola matanya yang penuh harap.
Mata itu berkaca, dan aku cukup mengerti maknanya..

Senja merona di angkasa, ketika diri ini sampai dirumah.
Ku hempaskan tubuh di atas spring bed dengan mata menatap langit-langit..
Hatiku berkata, “lakukan sesuatu untuknya mina, awali lewat goresan pena”

Karenanya tulisan ini ku tulis untukmu my dear sister..
Dan juga untuk kalian berdua sahabatku..
Perjalanan kalian yang penuh liku, cukup membuat diriku was-was
Karena bagaimana pun..
Kisah kalian berawal dari keberanian diri ini menyatukan dua hati
Dua hati yang terentang jarak
Dua hati yang terhalang perbedaan usia
Dua hati yang tak biasa dalam tradisi kebiasaan setempat
Dua hati yang..achh..sobat..terlalu

sulit untuk didefinisikan
Karena cinta memang tak selamanya bisa dijelaskan
Cukup sesak juga dadaku menunggu akhir dari kisah ini..
Teruslah berjuang sobat!
Kalian sudah melangkah sejauh ini, teruslah melangkah..
Karena kebahagiaan kalian, kebahagiaanku juga..
Semoga Allah memberi solusi terbaik untuk semuanya, amin.

Sebenarnya tak layak diri ini berbicara tentang tema ini
Dan memang.. ini yang pertama kali
Namun paling tidak, kita bisa saling berbagi pandangan disini..
Dan bagi yang sudah dalam “perjalanan” bisa sedikit berbagi informasi akan gejolak samudera yang sudah diarungi..
Sehingga bisa lebih memberi gambaran yang jelas
Bagaimana seharusnya samudera ini harus dilalui
Dan seperti apa seharusnya sang nahkoda mengemudikan kapal dalam pelayaran ini..

Ku awali pembahasan ini dengan sebuah pertanyaan sederhana..
Keluarga seperti apa yang kamu inginkan kawan?
Bagiku, keluarga itu seperti rumah
Sebuah rumah tentunya terdiri dari 4 hal utama;
Pondasi, tiang, atap dan ventilasi

Mari coba kita telaah satu demi satu :
Pondasi
Sebuah rumah akan kokoh jika pondasinya kokoh.
Begitu pula sebuah keluarga, ia akan kokoh jika pondasi yang kita bangun adalah pondasi yang kuat. Sebagai muslim tentu saja pondasi kita refleksi dari rukun iman.
Iman itu seperti daratan, kau tau dataran terdiri dari berapa lapisan?

Lapisan pertama (yang paling dalam ke pusat bumi) dari daratan adalah lapisan emas.
lapisan yang paling sulit dijangkau ini adalah simbol keyakinan/keimanan orang-orang dalam dalam sebuah keluarga.

Lapisan kedua adalah perak,
lapisan ini simbol keikhlasan orang-orang di dalam sebuah keluarga.
Aku yakin, bagi yang sudah berkeluarga, tentu paham apa arti sebuah keikhlasan.

Lapisan ketiga adalah tembaga, lapisan ini merupakan simbol orang-orang yang menjaga hal-hal yang fardhu dalam sebuah keluarga. Dimana disini kita sangat tahu skala prioritas keluarga dalam kehidupan itu apa.

Lapisan keempat adalah bebatuan, lapisan ini simbol orang-orang yang menjaga hal-hal yang sunnah dalam sebuah keluarga. Disini kita cukup paham bagaimana mencairkan suasana dalam sebuah keluarga sehingga rumah kita menjadi surga dunia.

Lapisan terakhir (permukaan daratan) adalah tanah, lapisan inilah yang pertama kali kita jumpai. Ini merupakan simbol orang-orang yang menjaga dari hal-hal yang makhruh dalam sebuah keluarga. Dimana disini, sebagaimana hukum “makhruh” (menjauhinya mendapat pahala).

Ketika kita sudah menentukan satu pilihan di antara sekian milliar penghuni semesta, sebagai patner bagi kita dalam mengarungi samudera bernama rumah tangga, maka sudah menjadi konsekwensi yang jelas, untuk kita menjaga kesetiaan janji tersebut dengan menghindari diri dari hal-hal yang mengarah pada keretakan mahligai yang kita bangun. Inilah pondasi paling esensial yang perlu dicermati oleh setiap pribadi ketika ia ingin berlabuh. Karena sejak saat itu, hidupmu telah berbeda!

Jika kita terbiasa melakukan hal-hal yang makhruh, lambat laun yang sunnah pun akan mudah kita lewatkan. Ketika kita terbiasa meninggalkan yang sunnah, maka yang wajib pun ikut terabaikan, dan ketika kita sudah tidak biasa melaksanakan kewajiban, keikhlasan kita pun akan terganggu. Ketika keikhlasan kita terganggu, dengan mudah pula keyakinan kita akan goyah. Dan itu berarti, petaka bagi mahligai rumah tangga yang kita bangun.

Karenanya mempunyai keyakinan dan visi misi yang sama serta jelas sangat penting untuk membagun sebuah keluarga. Karena keluarga adalah muara, tempat dimana kita menjadi pribadi yang sesungguhnya. Jika kepribadian kita kuat, keluarga yang akan kita bentuk juga kuat, sehingga apapun badai yang menghadang dalam pelayaran kedepan, tidak akan mengoyahkan keyakinan dan melunturkan kepercayaan penghuninya.

Aku ingin membangun sebuah istana bernama ”keluarga”. Bangunan uniq mempesona, design dalamnya luar biasa, simple & clasic. Perabotannya elegan, rapi dan apik. Cahaya penuh inspirasi terpancar dari setiap ruangan. Kamarnya berdindingkan taburan berlian, luas dan nyaman. Halamannya sejauh mata memandang, indah memukau dengan taman yang tertata, kolam renang yang jernih serta lapangan sport internasional. Bukan hanya itu, ada ruang risetnya, lengkap dengan teknologi canggih. Pustaka spetakuler pun tersedia. Setiap ruangan dilengkapi alat elektronik dengan jaringan mendunia. Penghuninya orang-orang cerdas yang selalu “menghidupkan malam” dan tidak pernah absen menginjakkan kaki di rumah Tuhan serta selalu mentadabburi alam. Para penghuninya juga tak pernah berhenti belajar dan terus mengembangkan diri, anak-anak dalam keluarga ini santun, punya kepekaan sosial yang tinggi, kreatif, menguasai minimal 4 bahasa, bercita-cita mengenggam dunia serta berani bermimpi, sehingga islam tak lagi dilecehkan dan negara islam tak lagi ditekan. Adakah yang berani menyatukan langkah membangun istana bernama ”keluarga” ini? hahaha..mimpi ku terlalu tinggi ya! Namanya juga mimpi kawan.. :D

Selanjutnya, Tiang
Setiap rumah butuh tiang sebagai penyokong dan dinding sebagai penjaga serta kamar untuk kenyamanan. Sekiranya sebuah rumah tanpa tiang, dinding dan kamar, sungguh sangat tidak nyaman. Apapun yang kita lakukan bisa dengan mudah dilihat orang. jika ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi dan dapur tanpa tiang dan sekat, semua terkesan berantakan. Begitu pula dalam sebuah keluarga, tiang ini refleksi dari rukun islam.

Dalam islam, apapun yang terjadi didalam sebuah keluarga tidak perlu diketahui oleh orang luar, masalah suami istri diselesaikan oleh suami istri itu sendiri, tanpa ikut campur siapapun, dengan begitu permasalahan akan segera selesai, karena biasanya, suami istri bila berantem dipagi hari, malamnya mesra lagi. Namun kalo orang ketiga sudah ikut campur belum tentu kondisi bisa cepat terkendali..hehe..cem sudah berpengalaman aja.. :D

Atap
Setiap rumah butuh atap sebagai pelindung. Begitu juga halnya dalam sebuah keluarga, kita butuh sifat ”ihsan”, merasa diawasi oleh Allah, dengan begitu, seorang istri tidak perlu takut dan khawatir suaminya diluar rumah akan berselingkuh melalui media apapun dan dengan siapapun, dan suaminya juga tidak perlu risau istrinya tidak bisa menjaga kehormatan diri. Karena jika semua merasa diawasi oleh Allah, masing-masing akan menjaga diri dari perbuatan yang tidak pantas sehingga kesetiaan dan keharmonisan keluarga tetap utuh.

Terakhir, Ventilasi
Setiap rumah butuh ventilasi, baik jendela untuk udara masuk or pintu untuk menerima tamu. Begitu juga dalam sebuah keluarga. Butuh ukhuwah, hambar sekali jika sebuah keluarga tidak ada kebersamaan dan kekompakan di dalamnya, perlu refreshing seminggu sekali atau mengunjungi orang tua dan sanak saudara diakhir pekan.
Dan kegiatan ukhuwah lainya yang bisa memperkuat keutuhan keluarga besar makin erat.

Itu sekilas potret keluarga menurutku kawan..
Ada kisah menarik untuk kita simak dari kehidupannya pangeran Charles dan putri Diana.
Aku yakin semua kita cukup kenal kedua orang ini.
“Pasangan yang ideal”, begitulah kata banyak orang di dunia, kenapa? Mereka sama-sama dari keluarga terpandang, memiliki fisik yang menawan/rupawan, punya banyak kekayaan. Namun apa yang terjadi dengan pernikahan mereka? Perceraian.. Apa yang mereka tak miliki kawan? Jika kita berfikir, kita akan bahagia jika punya banyak harta, or memiliki pasangan yang tampan/cantik serta berpengaruh dimata publik, ternyata itu bukanlah sebuah jaminan!

Namun bukan itu yang menjadi titik tekan ku, seorang wartawan bertanya pada sang pangeran, “Kenapa anda lebih memilih Camilla? Dia hanya perempuan biasa, apa yang kurang dari seorang Lady Diana?” Tahu sang pangeran menjawab apa? “saya lebih bisa bicara dengan Camilla”, jawaban singkat yang sangat menarik!

“Bicara”, enam huruf ini ternyata mempunyai kekuatan yang luar biasa! “Komunikasi”, menentukan arah pelayaran kawan, apakah kapal kita akan sampai ke pulau impian atau justru karam ditengah lautan.

Dalam bukunya “Life Excellent”, Reza M. Sayrief mengatakan, “ketika anda masih single, maka hal yang terpenting pertama kali yang harus anda pikirkan dan lakukan, adalah bukan mempertanyakan siapakah orang yang pantas menjadi calon istri saya? Siapakah yang cocok menjadi calon suami saya? Saya pikir itu bukan yang utama. Namun yang utama yang harus anda pikirkan pertama kali adalah model dan gaya rumah tangga macam apa yang anda ingin bentuk di dalam kehidupan anda. Saya katakan sekali lagi, yang terpenting bukan siapa yang akan menjadi calon anda, siapa yang akan menjadi calon suami dan calon istri anda. Namun yang harus anda pikirkan pertama kali adalah model dan gaya rumah tangga macam apa yang anda akan bentuk.”

Ketika kita mengemudikan sebuah kapal, kita naik kapal. Tentu saja kapal ini akan berlabuh ke sebuah pulau. Dalam perjalanan kita perlu seorang patner. Tentunya kita dengan patner harus mempunyai tujuan pulau yang sama, betul? Namun bagaimana jika pulau tujuan kita dan patner kita itu berbeda? Kita menginginkan pulau yang satu sedangkan patner kita ingin pulau yang lain, padahal kapal cuma satu. Cuma ada dua pilihan. Jika masing-masing kita mempertahankan keinginan, maka yang terjadi kapal itu pecah menjadi dua. Pilihan kedua adalah salah satu dari kita mengalah untuk mengikuti satu pulau yang diinginkan bersama.

Menyatukan keinginan itu akan mudah jika niat kita benar. Itulah sebabnya kenapa dalam islam, ada hadits berbunyi “sesungguhnya setiap amal seseorang bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban berdasarkan niat di dalam hatinya.”

Ada dua makna tersembunyi dari hadits ini.
pertama, prinsip, dimana segala sesuatu harus dimulai dengan niat.
Kedua, walaupun niat itu di awal, namun sebenarnya isi dari niat itu sendiri mengambarkan sebuah tujuan, dan biasanya tujuan ada dibagian akhir.
Kelihatannya kontradiktif, bertentangan satu sama lain. Di satu sisi kita disuruh untuk berniat di awal perbuatan, di sisi yang lain isi dari niat itu merupakan tujuan yang ada di akhir. Bagaimana kita memadukan dua prinsip ini?

Starting with the end. Satu hal yang aneh mungkin, biasanya starting from begining, mengapa the end? Akhir itu adalah harapan, harapan yang menjadi impian kita semua, yaitu “dream island”, untuk sampai kesana, sedari awal, kita harus merumuskan model dan gaya rumah tangga macam apa yang hendak dibangun, baru kemudian memilih siapa yang akan menjadi patnernya.

Dari sebuah survey yang terbatas,
Ternyata di masyarakat kita, ada lima macam model rumah tangga :
Yang pertama, model rumah tangga gaya hotel. Tahu hotel? Hotel adalah tempat transit, dia bukan tempat tinggal untuk menetap dalam jangka waktu yang lama. Kalau ada sebuah rumah tangga, dimana sang suami pulang kerumah hanya untuk menumpang tidur, makan, maka itu sudah bisa disebut sebagai kategori model rumah tangga gaya hotel. Yang sering disebut 3 UR : dapur, kasur, sumur. Atau 3K : kamar tidur, kamar mandi, dan kamar makan. Seperti inikah model keluarga anda sekarang? Be careful!

Yang kedua, model rumah tangga gaya hospital ‘rumah sakit’. Ada apa dirumah sakit? Di dalam sebuah rumah sakit, ada yang namanya pasien dan ada yang namanya dokter. Si pasien berkata kepada dokter, ‘Dok, saya sudah berobat kemana-mana & tidak sembuh juga. Ketika saya bertemu dengan anda, saya bisa sembuh.” Wah dokter itu dengan arongan dan sombongnya mengatakan, “Beruntung anda bisa berobat dengan saya. Kalau tidak ada saya, kamu tidak akan bisa sembuh.” Itu kata sang dokter. Sebaliknya sang pasien juga mengatakan, “kalau saya tidak berobat dengan anda, anda tidak akan dapat duit.” Apa maksudya? Model rumah tangga gaya hospital adalah model rumah tangga yang didasarkan pada politik balas jasa. Ironis bener jika rumah tangga begini yang akan kita bangun..

Yang ketiga, model rumah tangga gaya pasar. Di pasar ada pembeli dan penjual. Si pembeli ingin membeli barang semurah mungkin, sebaliknya si penjual ingin menjual barang semahal mungkin. Si pembeli berkata, “Pokoknya harganya sekian.” Si penjual juga berkata, “Pokoknya harganya sekian.” Dua-duanya pakai kata “pokok”. Susah. Tidak ada koma, masing-masing menggunakan titik. Harus ada bargaining power, harus ada satu tawar menawar yang mestinya dalam sebuah rumah tangga. Harus ada kompromi.

Yang keempat, model rumah tangga gaya Grave, ‘kuburan’. Tau bagaimana suasana kuburan? Suasana yang khas dari kuburan tak lain sunyi, senyap, tenang dan tidak ada suara. Itulah rumah tangga gaya kuburan. Suami istri sudah hidup puluhan tahun, namun tidak pernah berkomunikasi. No communication, no words. Sehingga, wajarlah kalau anak-anak mengalami kesulitan berbicara atau gagap serta kesulitan mengutarakan pendapat, karena tidak mendapatkan kosa kata sedikitpun dari orang tuanya. Ini bukan mengada-ngada teman, ada kisah nyata model yang begini..

Nah..sekarang tinggal pilih, model yang bagaimana yang kita mau? Bagi yang sudah berkeluarga, adakah salah satu model di atas termasuk model rumah tangga yang anda sudah bangun selama ini? Jujurlah pada diri sendiri. Ini saatnya kita kontemplasi, mengajak diri introspeksi untuk kemudian evaluasi. It’s better late than never.

Tenang kawan.. Masih ada dua model lagi.
Yang kelima, adalah model rumah tangga gaya School, ‘sekolah’. Model rumah tangga ini ditandai dengan 3A. A yang pertama adalah Asah, A yang kedua adalah Asih, A yang ketiga adalah Asuh. Kalau mau model yang begini, maka kita komit dan betekad dengan calon pasangan/pasangan hidup kita untuk saling mengasah, mengasih dan mengasuh. Saling itu artinya ada komunikasi dua arah. Jadi tidak ada cerita kalau anak itu hanya urusan istri, sedangkan cari uang hanya urusan suami. Namun kedua belah pihak saling berbagi. Sharing knowledge, sharing experiences. Semakin bertambah tahun pernikahan, semakin bertambah pula wawasan. Karena setiap apa yang terjadi dalam rumah tangga adalah proses pembelajaran tanpa henti.

Yang keenam, model rumah tangga gaya mesjid. Masjid adalah sebuah gambaran rumah tangga asmara (as sakinah mawaddah wa rahmah) yang menjadi dambaan dan harapan setiap keluarga, termasuk saya dan anda tentunya. Bagaimana ciri-cirinya :
1. Ketulusan, sincerity, dibangun atas dasar ketulusan. Shalat tidak sah kalau tidak dibangun dengan wudhu. Kita wudhu bersama, membasuh muka, tangan, kepala, telinga kita, telapak kaki kita serta berkumur-kumur dengan tujuan kebersihan hati. Rumah tangga mesjid adalah rumah tangga yang dibangun dengan ketulusan jiwa.
2. Ada iman dan ada makmum. Alangkah indahnya sebuah rumah tangga, jika imamnya adalah suami, makmumnya adalah istri dan anak-anak. Imam bergerak ruku istri pun ruku, ada kebersamaan.
3. Loyalitas. Keluarga sakinah adalah loyalitas. Kesetiaan mutlak dari istri terhadap suami, begitu pun sebaliknya.
4. Shalat di akhiri dengan salam. Assalamu’alaikum ke kanan dan ke kiri. Keselamatan, ketenangan, dan kedamain senantiasa mewarnai suasana dalam rumah tangga gaya mesjid ini, bukannya keresahan, bukannya konflik, bukan pula baku hantam.

Sudah siap menikah kawan? Model rumah tangga mana yang menjadi pilihanmu?
Hanya dua model rumah tangga yang ku rekomendasikan untuk dipilih, sekolah atau masjid.

Pernikahan mengiring kita untuk tidak lagi berdiri terpaku dalam angan-angan. Pernikahan menyadarkan kita tentang kenyataan hidup bahwa kekasih kita sesungguhnya menyimpan misteri yang harus kita singkap, memendam potensi yang harus kita kembangkan, dan terkadang memunculkan sisi-sisi tertentu yang menuntut kesabaran.

Pernikahan adalah suatu perjalanan menuju tempat yang tak dikenal, menyadari kenyataan bahwa sepasang suami istri harus berbagi, bukan saja berbagi hal-hal yang tidak kita ketahui tentang pasangan kita, melainkan juga hal-hal yang tidak kita ketahui tentang diri kita sendiri. Ada banyak kebutuhan psikologis pasangan kita yang harus kita ketahui, padahal semua itu jarang didapat di meja-meja kuliah dan mimbar-mimbar pengajian. Ada karakter yang mesti kita mengerti, yang ternyata tidak sempat terkuak/terdeteksi ketika ta’aruf dilangsungkan. Ada beberapa bahasa yang diungkapkan kekasih kita, yang tidak sempat dikatakan kecuali dengan isyarat-isyarat perilaku. Ada irama kehidupan yang sangat berbeda, yang harus dicarikan titik temunya, padahal semua itu tidak ditemukan dalam buku-buku.

Pernikahan bukanlah terminal akhir, melainkan ia menjadi awal bagi sebuah proses perubahan. Artinya, jangan kita berharap akan menemukan seseorang dengan segala sifat kesempurnaan sesuai idealitas yang kita bangun. Bahkan jika kita agak lambat mendapatkan pencerahan, proses perubahan menuju kebaikan, bisa saja dimulai setelah beberapa waktu pernikahan berjalan. Tak ada kata terlambat memang. Hanya saja, kita jangan ingin ”terima jadi,” bahwa seorang laki-laki yang ideal atau perempuan yang sempurna, datang kepada kita memenuhi segala kriteria yang kita harapkan. Namun kita harus rela dan berani untuk bersama-sama membangun pribadi yang diharapkan. Menerima tidak hanya kelebihannya, namun juga kekurangan yang pasti ada padanya, sebagaimana juga ada pada kita. Menikahlah dengan laki-laki atau perempuan yang tidak hanya bisa menjadi kekasih bagi kita, namun juga bisa menjadi seorang ayah atau ibu bagi kita.

Di akhir goresan ini, ku coba berbagi hasil diskusi ku dengan beberapa teman.
Aku mengenalnya tiga bulan sebelum ia menikah tahun lalu. Awal sekali ia menyapaku sekedar share kasus pernikahan dan mendiskusikan beberapa hal yang harus ia hadapi untuk pernikahannya. Walau terkesan agak lucu, seorang ikhwan/laki-laki mau berbagi hal yang cukup privasi padaku dalam waktu yang singkat. Namun bukan itu inti ceritanya.

Di akhir perbincangan kami, ia memberiku sebuah redaksi, redaksi yang masih ku ingat sampai hari ini. Aku pikir kalimat ini cukup pas untukmu my dear sister..
“Wahai perhiasan terindah dunia! Janganlah berputus asa dan merasa lelah menunggu datangnya sang pangeran untuk mengkhitbahmu. Namun ketauhilah..menunggu adalah waktu yang Allah berikan agar kita memiliki banyak waktu untuk memilih. Memilih seorang pemimpin yang bisa membawamu ke jannahNya.” Smile & be happay!

Dan bagi yang laki-laki, aku hanya ingin mengatakan, “Wahai pemimpin dunia! Janganlah ragu dan merasa lelah menuju jalanNya. Ketahuilah.. keputusan besar mu adalah pintu yang Allah beri untuk memiliki amalan terbesar di jagat raya. Nilaimu bukanlah dari seberapa luas kau taklukan dunia, bukan juga dari seberapa hebat gagasanmu mempengaruhi manusia. Melainkan dari seberapa mampu dirimu menaklukan diri sendiri. Itulah dasar seorang pemimpin yang sesungguhnya!

Dua tahun yang lalu, seorang ikhwan juga menyapaku via YM, padahal kami sudah sangat lama berada dalam satu milis yang sama. Sering sama-sama online, namun tidak pernah ada interaksi. Baru pada hari itu, hari dimana aku menulis di status YM ku “Berdamai dengan takdir”, ia menyapa dengan sebuah kalimat, “Skenario Allah itu indah ukhti..” Tanpa perlu ku jelaskan makna status tersebut, ia cukup tahu arahnya kemana, sehingga perbincangan antar kami mengalir begitu saja. Ku tulis status begitu, karena waktu itu aku sangat bimbang, tawaran untuk menikah di depan mata, namun tetap saja tidak ku temukan kemantapan untuk berkata “iya”, hatiku galau bukan main. Disatu sisi aku memang ingin menikah, keluarga berharap segera malah, namun disisi yang lain, hati ku berkata “tidak”.

Berikut ini kata-kata dari temanku yang cukup membuat diriku berani mendengarkan kata hati waktu itu, “ukhti..., saudariku fil iman..., Allah sangat dekat dengan orang-orang yang sabar. Kalau yang dicari hanya sekedar suami, insyaAllah mudah. Tetapi mencari sahabat sejati yang akan berjalan bersama selamanya, itu sangat sulit. Dan untuk hal-hal yang sulit jangan dilakukan sendiri. Minta tolong.... kepada yang sangat ahli, kepada yang sangat menguasai, terutama dalam bidang CINTA. Ukhti tahu siapa?”

“Allah kan..”, jawabku. Ia tersenyum, lalu melanjutkan, “Allah sangat tau siapa yang terbaik untuk kita, tetapi... Allah itu romantis. Kadang harus ada dukanya, ada pahit-pahitnya, dan nanti rasanya akan menjadi manis bila dipadukan. 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, atau 20 tahun itu tidak lama, cuma sebentar.”

“iya..cuma kadang risih. Kalau ditodong-tondong terus. Dibilang terlalu memilih. Padahal kan ga”, ucapku. “Yang nikah nanti siapa? ortu? temen? Apa MR nya yang nikah?”
“ya anelah..”, jawabku.
“ya... itu kan tau, yang nikah kan ukhti mina, kalau Allah sedang mempersiapkan yang terbaik untuk ukhti, masa di interupsi. Biar saja menjadi matang dulu, pada saatnya semua jadi sangat indah”, katanya.

“Benar juga”, ucapku. Lantas aku bertanya tentang perjalanan hidupnya.
“istri ku dibilang cantik ya tidak, dibilang jelek ya wajahnya manis. Dan sifat-sifatnya, dia lebih cenderung pendiam, agak judes, "akhwat jutek", kata sang ikhwan.
“Wah mirip ane donk..”, candaku.

“Tapi ternyata sifat-sifatnya itu cuma "efek samping" dari kerinduan akan seorang sahabat. Karena teman-temannya semasa sekolah dulu sudah berjalan masing-masing arah. Dan banyak yang tidak tahu akan itu, semua orang menganggapnya biasa. Sampai-sampai kerinduannya itu berakibat ke badannya, beratnya turun sampai cuma 40kg. Tapi dia tetap sabar. Dulu, sewaktu masih umur dibawah 25 tahun, banyak yang melamar, karena waktu itu memang terlihat cantik, banyak ikhwan yang suka. Tetapi setelah itu... ya... namanya lelaki yang dilihat cuma fisik, akhirnya terkesampingkan,” ceritanya.

“ Allahu rahman, dia menyembunyikan rencana yang sangat hebat. Dalam rentang waktu itu, Allah membuat ane jadi lebih dewasa, dan terus memperbaiki setiap ketidakbaikan ane yang masih ada. Mempersiapkan semuanya sampai menjadi matang. Mempersiapkan skenario pertemuan kami. Mempersiapkan kejadian-kejadian yang selalu indah diingat”, lanjutnya.

”Ukhti, kalau segalanya diserahkan kepada Allah, ane jamin 101% seluruh hidup ukhti menjadi sangat indah”, ucapnya kemudian.

Wahai sahabatku, kisahnya hampir mirip dengan kisahmu. Usianya lebih muda dari istrinya. Sama persis seperti perbedaan usia kalian. Jika akhirnya mereka bisa bersama dan menghadapi setiap tantangan. Aku yakin kalianpun mampu. Mungkin kondisi saling “diam” sekarang ini adalah waktu yang Allah berikan untuk proses pendewasaan. Semoga goresan ini bisa memberi spirit perjuangan bagimu. Dan juga bagi diriku sendiri untuk menata masa depanku..

Jika ada cahaya dalam jiwa, maka akan ada keindahan di dalam diri
Jika ada keindahan dalam diri, akan ada kerukunan dalam keluarga
Jika ada kerukunan dalam keluarga, akan ada keteraturan dalam masyarakat
Jika ada keteraturan dalam masyarakat, kita pun akan menaiki tangga kemualiaan.

Ku awali pembahasan ini dengan sebuah pertanyaan.
Maka ku akhiri pun dengan sebuah pertanyaan sederhana..
Perjalanan seribu tahun bermula dari satu langkah.
Pertanyaannya adalah kapan langkah awal itu akan kita mulai?

0 comments: